Dipanggil untuk hidup oleh Kasih Karunia Allah (Ef. 4:17-32)
Surat Efesus ini ditulis oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di Efesus, ketika ia berada di penjara. Dalam situasi yang
tidak bebas, tidak merdeka, tidak nyaman, penuh penderitaan, tekanan, dan
pergumulan Rasul Paulus mengingatkan, dan menyemangati orang-orang Kristen baik
orang Yahudi maupun orang Yunani bahwa mereka adalah orang-orang kudus
“qadosy”, dipisahkan, disendirikan, diasingkan. Artinya, mereka diteguhkan
bahwa mereka adalah milik Allah sendiri, yang telah dipisahkan dari dunia ini;
yang telah berpindah dari gelap kepada terang.
Setiap orang pasti memiliki status dalam dinamika kehidupannya.
Dan biasanya status yang dimiliki itu akan menentukan peran yang dilakukan.
Katakanlah, dahulu saya mahasiswa STT tertentu, namun baru-baru ini diangkat
menjadi dosen tetap di STT tertentu, maka secara tidak langsung saya mesti memantaskan
diri untuk mengemban dan menyandang status yang baru dan berperan sesuai dengan
status tersebut. Sama halnya dengan seorang pemuda yang mengambil keputusan
untuk melanjutkan kuliah, maka pada saat itu dia akan mendapat status dan peran
yang baru. Status yang lama adalah siswa SMA dan status yang baru mahasiswa.
Otomatis dia harus berjuang memposisikan dirinya agar layak disebut sebagai
mahasiswa.
Pada
kesempatan ini saya akan mengajak saudara untuk melihat, terkait dengan status
yang baru dan bagaimana kita dipanggil untuk mendemonstrasikan peran yang baru
itu di dalam Allah melalui Tuhan Yesus. Status
lama kita adalah pendosa, dan perannya adalah cenderung melakukan dosa serta hidup
di dalamnya. Hidup dalam hawa nafsu kedagingan dan dunia. Sedangkan, status
yang baru adalah orang yang telah dibenarkan, manusia baru dan perannya adalah
mengarahkan pandangan pada seluruh
karya, sifat dan kepribadian Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus.
Untuk memahami perikop ini mari kita
simak terlebih dahulu Efesus 2:1-10. Dalam Efesus 2:1-3: Dijelaskan bahwa
dahulu Paulus, Jemaat Efesus dan kita, sudah mati oleh karena dosa dan
pelanggaran. Artinya, Status kita pendosa, musuh Allah. Namun, dalam Efesus :4-9 “ADA PERALIHAN”
dikatakan oleh kasih dan rahmat-Nya yang besar di dalam Kristus Yesus, maka
kita dibenarkan/diselamatkan. Artinya, kita menjadi manusia baru, Anak Allah.
Lalu apa yang akan dilakukan setelah dibenarkan/diselamatkan? Apakah status
baru, namun cara hidup masih sesuai dengan status lama?. Menurut Efesus 2:10
menyatakan bahwa Allah mempunyai rencana yang indah atas hidup kita, yaitu kita
diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik, memuliakan Allah. (Ef. 2:10). Pekerjaan yang baik itulah yang menjadi
peran yang harus kita bangun.
Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana
kita harus hidup setelah berpindah dari kematian kepada kehidupan di dalam dan
melalui Tuhan Yesus? Bagaimana saya harus hidup sebagai manusia baru? Bagaimana
saya harus hidup setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamat yang hidup?
1.
Kita dipanggil untuk membangun pola komunikasi yang baik. Untuk mendemonstrasikan perkataan yang benar (Ef. 4:25). Untuk memakai
perkataan-perkataan yang membangun dan bukan perkataan-perkataan kotor (Ef.
4:29)
2.
Kita dipanggil untuk membangun kecerdasan emosi. Kita adalah ciptaan tertinggi dan yang paling mulia atas seluruh
ciptaan-Nya. Kepada kita dianugerahkan akal budi, kehendak dan perasaan. Lalu
bagaimana kita mengelola emosi kita dalam pimpinan Allah sesuai dengan status
kita yang baru???
- Belajar untuk marah di dalam pimpinan dan jalan-Nya (Ef. 4:26-27).
Dalam ayat 31 dapat dikatakan bahwa mesti cepat mengampuni dan tidak
menyimpannya di dalam hati. Karena kemarahan bila tidak dituntaskan maka akan
menimbulkan kepahitan, kegeraman, pertikaian, fitnah dan kejahatan.
- Belajar untuk mengontrol emosi. Jangan sampai kalau sedih, jadi sedih
banget jadi despresi, putus asa. Jadi mogok makan…Kalau marah sampai menyakiti
hati orang, membunuh, dll. Sepertinya kita perlu mengembangkan seni marah yang
sesuai dengan firman Tuhan?
3.
Kita dipanggil untuk hidup bertanggungjawab (responsibility).
Belajar untuk menanggalkan kebiasaan
lama, dan melakukan kebiasaan baru. Belajar untuk meninggalkan kebiasaan dari
mencuri (ayat 28). Pencuri jangan pencuri, sebelumnya setiap kita punya dosa
kesenangan? Apakah kita terus hidup di dalamnya sekalipun sudah menerima status
yang baru?. Belajar untuk bekerja keras demi kesuksesan…belajar keras supaya
tidak menyontek.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan
Yesus Kristus, kebanyakan orang mendengar hal ini akan berkata apa saya bisa?
Apa saya mampu?...Memang, hal ini bisa dilakukan bila ada penyerahan secara
total terhadap pimpinan Roh Kudus. Dengan kekuatan sendiri tentu kita tidak bisa
dan mampu. Kita dalam mendemonstrasikan
status dan peran yang baru, hanya dimungkinkan oleh pertolongan Roh Kudus. Jikalau
kita perhatikan, pentingnya peran Roh Kudus sangat nampak, melihat Roh Kudus
disebutkan beberapa kali di sepanjang kitab ini:
-
misalnya: Ef. 1:13-14 “Ketika kamu percaya kamu
dimateraikan oleh Roh Kudus”;
-
- 2:22 “Kita dibangun sebagai tempat kediaman Allah melalui Roh”;
-
3:16 “menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam hatimu;
-
4:30; “Janganlah mendukakan Roh Kudus”
-
5:18; “Penuhlah dengan Roh”
-
6:18; Berdoalah setiap waktu di
dalam Roh.
Tanggapan!
Kiranya dengan penyerahan secara total
dan kasih karunia-Nya melalui pertolongan Roh Kudus kita dimampukan untuk hidup
sesuai dengan STATUS DAN PERAN yang baru yang dianugerahkan kepada kita
sehingga kehidupan kita menjadi SEMAKIN selaras dengan kehendak-Nya dari waktu
ke waktu. Amin
Komentar
Posting Komentar