Peran Dosen Sebagai Gembala


Dalam Perjanjian Lama istilah gembala sudah dikenal dan peran itu dipersonifikasikan juga kepada Allah yang menuntun hidup seseorang atau umat-Nya (Douglas, 2004:330). Misalnya, Yakub menyatakan bahwa Tuhan telah menjadi gembala hidupnya (bnd. Kej. 48:15). Daud menggambarkan Allah sebagai gembala bagi dirinya (bnd. Mzm. 23:1-6).  Umat Israel mengakui bahwa Tuhan sebagai gembala mereka (bnd. Mzm. 80:2; Yes. 40:11). Dalam hal ini, Allah menjadi teladan bagi pemimpin umat terkait dengan kualifikasi, peran, dan cara menggembalakan.
Dalam Perjanjian Baru, murid-murid maupun orang banyak sering memanggil Tuhan Yesus dengan sapaan rabbi (rabbί), rabbouni (rabbouni), didaskalos (didάskalos). Kata rabbi dipakai sebanyak 15 kali (bnd. Mat. 23:7; Mat. 23:8; Mat. 26:25; Mat. 26:49; Mrk. 9:5; Mrk. 11:21; Mrk. 14:45; Yoh. 1:38; Yoh. 1:49; Yoh. 3:2; Yoh. 3:26; Yoh. 4:31; Yoh. 6:25; Yoh. 9:2; Yoh. 11:8). Sapaan rabbouni merupakan pengakuan hormat kepada seorang ahli Kitab Suci, juga menyatakan hubungan pribadi yang dirasakan sangat mendalam. Terdapat sebanyak 2 kali (bnd. Mrk. 10:51, Yoh. 20:16). Sebutan didaskalos (didάskalos) yang adalah sebagai sebutan yang paling umum (Ind. pengajar) terdapat 12 kali dalam Injil Matius dan Markus, 17 kali dalam Injil Lukas, dan 8 kali dalam Injil Yohanes.[1] Injil Matius melaporkan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang pengajar yang berwibawa dan berkuasa (Yun. exousίa). Banyak orang yang mendengar pengajaran-Nya takjub dan terheran-heran (bnd. Mat. 7:28-29; 22:23, Mrk. 1:22; 6:22; 11:18, Luk. 4:32). Dia juga berhati gembala karena memiliki pengenalan akan murid-murid-Nya (bnd. Yoh. 10:3-4; 14) . Selain itu, Tuhan Yesus menegaskan diri-Nya sebagai gembala yang baik, yang memberi hidup bagi orang-orang yang dilayani (bnd. Yoh. 10:14-18). Hal ini memiliki makna bagi guru maupun dosen di lembaga pendidikan Kristen.
Demikian juga Rasul Paulus dalam suratnya yang ditujukan kepada Timotius nampak jelas bahwa ia telah menunaikan tugas dan peran sebagai gembala dalam memberikan nasihat maupun petunjuk kepada Timotius untuk membina umat-Nya. Terkait dengan hal ini Marxsen mengemukakan:
Dalam 1 Timotius, pembukaannya (1:1-2, lih. bawah) disusul (1:3-20) oleh ‘bagian penggembalaan’. Di situ Timotius dihimbau untuk mengawasi pemberitaan Injil. ‘Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (1:3)....bagian penggembalaan itu disusul oleh suatu bagian yang berisikan petunjuk-petunjuk (2:2-3:13). Pertama-tama bagian itu membahas doa (2-15), yang Paulus minta agar disampaikan Timotius (1-7) bagi semua orang...agar kita dapat hidup tenang...’ (2009:244-245).

Kemudian hari Petrus mengajak segenap pemimpin jemaat  agar menggembalakan domba-domba yang ada pada mereka (bnd. 1Ptr. 5:1-4; Handbook to the Bible, 2004: 719).  Titik balik Petrus menjadi gembala adalah ketika Tuhan Yesus memerintahkannya untuk menggembalakan kawanan domba milik-Nya (bnd. Yoh. 21:15-17). Hal ini memberikan wawasan tentang bagaimana tindakan, motivasi, dan pendekatan seseorang yang terlibat dalam penggembalaan.
Mengingat pentingnya peran gembala dalam Alkitab, maka Sidjabat mengetengahkan bahwa guru melakukan peran-peran yang di dalamnya adalah sebagai gembala. Lebih jelasnya beliau mengemukakan:
Berdasarkan rumusan sebelumnya, guru melakukan peran-peran, yaitu sebagai pendidik (educator), pengajar (instructor),  pembimbing (guide), pengaruh (director), pelatih (trainer), dan penilai (evaluator)...berkaitan dengan pendidikan Kristen di sekolah maupun gereja, guru juga berperan sebagai pemberita Injil (evangelist), imam (priest), gembala (pastor), konselor (counselor), dan teolog (theologian) (Sidjabat, 2009:100).
Dosen mutlak penting bagi pencapaian visi dan misi setiap Pendidikan Teologi. Dosen yang profesional merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar dalam pencapaian mutu di Perguruan Tinggi. Dosen yang profesional akan menghasilkan mahasiswa yang berkualitas (Chandra, 2013; Gugus, 2011). Sidjabat, dalam Jurnal Teologi Pengarah, mengemukakan:
Memang harus diakui bahwa peran dosen bukan satu-satunya yang menentukan dalam keseluruhan keberhasilan studi mahasiswa, namun penting sekali untuk dipikirkan dan dipraktekkan. Alasannya, dosenlah yang setiap waktu berhadapan dengan mahasiswa dalam interaksi pembelajaran di kelas atau di luarnya, juga bahwa dosen merupakan pribadi-pribadi yang berkarya di front terdepan yang merefleksikan nilai-nilai dasar yang di anut oleh Perguruan Tinggi (2004:2).

Penjelasan ini memberikan isyarat pentingnya dosen yang memiliki kompetensi kepribadian, pedagogik, sosial, dan spiritual yang memadai dalam Pendidikan Teologi. Oleh sebab itu, idealnya guru maupun dosen dalam konteks Pendidikan Kristen perlu mendemonstrasikan beragam peran, khususnya sebagai gembala.
Apabila dosen tidak berperan sebagai gembala bagi mahasiswanya maka, pertama, dosen akan lebih memerhatikan perkembangan kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa dan tidak bersifat holistik. Kedua, suasana akrab tidak akan terjalin antara dosen dengan mahasiswa karena terbatasnya waktu. Ketiga, dosen tidak akan mengenal mahasiswanya satu persatu.


[1] Data ini diolah dari, Hasan Susanto. Perjanjian Baru Interliniear Yunani-Indonesia Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), h. 203; B. S. Sidjabat. Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), h. 46; B.S. Sidjabat. Yesus Sang Guru dan Profesi Keguruan (Ciranjang: Institut Alkitab Tiranus). Harold K. Moulton. The Analitycal Greek Lexicon Revised (Michigan: Zondervan Publishing House, 1979), h. 358.

Komentar

  1. Pada umumnya orang Kristen memahami bahwa peran dosen adalah sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, komunikator, dll. Namun, dalam konteks pendidikan teologi peran dosen sebagai gembala adalah hal yang menarik dan dapat dikembangkan.👍🙏🙏🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)