Sehati Sepikir dalam Kristus (Fil. 4:2)


Sering kita mendengar pernyataan tiada asap, jikalau tidak ada api. Artinya, segala sesuatu yang terjadi di kolong langit ini, kecuali Tuhan pasti ada yang menyebabkannya. Termasuk dalam perenungan firman Tuhan pagi ini, diyakini bahwa Paulus berpesan/menasihati Euodia dan Sintikhe karena ada yang melatarbelakanginya. Timbul pertanyaan, memang siapa Euodia dan Sintikhe ini?, apa yang terjadi dengan mereka?
Euodia dan Sintikhe adalah dua wanita yang pernah bekerja sama dalam tim yang membantu Paulus merintis pekabaran Injil dan lahirnya jemaat di kota Filipi. Mereka adalah pribadi-pribadi yang bersungguh-sungguh mengasihi Tuhan/orang Kristen sejati. Selanjutnya, mereka bertugas sebagai diaken perempuan di Filipi. Dalam dinamika pelayanan kemudian kedua wanita itu berselisih, bertikai, bertengkar. Lalu Paulus berpesan agar mereka sehati dan sepikir dalam Tuhan. Sehati pada umumnya berarti seia sekata, setujuan, seperasaan; sedangkan sepikir berarti sependapat, sepandangan. Sehati sepikir berarti kompak, akur, serasi, harmonis, solid, dan damai.
Bagaimana caranya agar mereka sehati dan sepikir dalam Tuhan? Dalam pasal sebelumnya Paulus menjelaskan bahwa untuk menjadi sehati sepikir dengan orang lain, perlu mengacu pada hati dan pikiran Kristus (Flp. 2:5). Kristus yang rendah hati, mementingkan kepentingan orang lain, memiliki rasa senasib dan sepenanggungan yang tinggi terhadap manusia, adalah dasar atau acuan bagi mereka untuk membangun kesatuan di tengah keanekaan. Selain itu, menurut Paulus dalam Filipi 4:7, “satu hati dan satu pikiran bisa terwujud” apabila damai sejahtera Allah memelihara hati dan pikiran. Euodia dan Sintikhe bisa sehati dan sepikir dengan orang lain apabila keduanya menjadikan Yesus sebagai penguasa, pemerintah dalam hatinya; bukan egoisme dan egosentrisme. Ketika damai dari Allah menaungi umat-Nya, akan menolong dan memampukan mereka untuk bersatu di dalam Kristus.
Sehati sepikir dalam Tuhan berarti seperasaan seperti perasaan Kristus, sepikiran seperti pikiran Kristus. Apabila kita merasakan dengan perasaan Kristus, memikirkan apa yang dipikirkan Kristus, membela yang dibela Kristus, menolong yang ditolong Kristus, menangisi yang ditangisi Kristus, mengutamakan apa yang diutamakan oleh Kristus, peduli apa yang dipedulikan Kristus, maka sehati sepikir bisa terwujud. Namun, jika kita hanya ikut kata hati dan pikiran sendiri, maka kesehatian dan sepandangan itu hanya khayalan saja.
Memang apabila kita perhatikan dalam konteks kitab Filipi rupanya amat susah mencari orang yang sehati dan sepikir. Paulus pun mengakui bahwa  dalam Filipi 2:19-20 “...Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku... Dalam kitab Filipi ajakan dan pernyataan untuk sehati sepikir begitu bergema dan mendapat penekanan, ada 5 kali hal ini mengindikasikan bahwa bukan hanya sekadar tanda-tanda perpecahan yang sedang terjadi dalam jemaat Filipi, namun sesuatu yang telah terjadi.
Nasihat Paulus berlaku juga buat kita.
1.     Di rumah, tempat kerja, gereja, kampus, atau di tempat lainnya kita perlu sehati sepikir dalam Kristus karena itulah harapan Allah dalam hidup kita. Kita tidak boleh menciderai kesatuan, keharmonisan, dan kebersamaan kita, karena kepentingan diri sendiri. Apa yang sudah disepakati bersama harus kita laksanakan dengan baik.
2.     Apabila di antara kita ada yang bertikai, maka firman Tuhan mengingatkan kita agar segera berdamai, akur lagi.
3.     Hidup dan berkarya dengan sehati sepikir memang tidaklah mudah (karena kita memiliki pola pikir, sistem nilai, perasaan, keputusan, dll yang berbeda), namun bukan berarti tidak bisa jika ada ikhtiar dan itikad yang baik. seraya berserah pada pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, maka satu hati dan satu pikiran akan menjadi kenyataan, seperti Paulus yang sehati dan sepikiran dengan Timotius, seperti jemaat mula-mula yang dikisahkan dalam KPR 2:46.
4.     Ada sebuah peribahasa kuno “hati gajah sama dilapah, hati tungau sama dicecah. Artinya, kegembiraan kita bagi bersama, kesedihan pun kita bagi bersama”. Ini adalah gambaran sehati sepikir.
5.     Kita berharap di setiap komunitas yang kita ikuti, tidak ada lagi “saya, saya, dan saya”; yang ada adalah kita, kita, dan kita. Amin.







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)