DAUD VS GOLIAT: KEKUATAN ALLAH DALAM MENGHADAPI PERGUMULAN HIDUP 1 SAMUEL 17: 40-54; 2 KORINTUS 12:2-10

DAUD VS GOLIAT: 
KEKUATAN ALLAH DALAM MENGHADAPI PERGUMULAN HIDUP
1 SAMUEL 17: 40-54; 2 KORINTUS 12:2-10

Alon Mandimpu Nainggolan

Bergumul ialah bergulat, atau bergelut. Berarti orang yang bergumul adalah orang yang sedang bergulat tentang sesuatu, atau bergelut dengan sesuatu. Tentu pergumulan setiap orang itu bermacam-macam, misalnya:

1. Siswa atau mahasiswa tentulah sedang bergumul tentang bagaimana caranya agar ia bisa menyelesaikan studi dengan baik.
2. Orangtua tentulah sedang bergumul tentang bagaimana ia merawat, mengajar, mendidik, dan membesarkan anaknya dengan kreatif, dan baik.
3. Dalam rumah tangga, seorang suami sedang bergumul tentang banyaknya tuntutan-tuntutan dari sang isteri, demikian juga sebaliknya isteri bergumul dengan tuntutan-tuntutan suaminya. Mereka sama-sama mengharapkan perhatian, pemahaman, pengertian, dan kasih dari pasangannya. Bahkan, seorang suami juga bergumul bagaimana memenuhi semua kebutuhan anggota keluarganya.
4. Kaum pemuda/i bisa bergumul tentang pasangan hidup/teman hidup. Yang dimaksudkan bukan hanya pacar, atau istilah kerennya “cinta monyet” yang ada pada saat senang-senang saja. Namun, teman sepanjang hidup yang ada dalam setiap keadaan, baik susah maupun senang; yang mengasihi dirinya dan keluarganya dengan sepenuh hati.
5. Ada orang yang bergumul dengan sakit penyakit. Bukan hanya tenaga, pikiran, tetapi dana juga semua dikorbankan. Tak jarang ada orang yang pindah dari rumah sakit yang satu, ke rumah yang sakit yang lain untuk mencari kesembuhan. Itu berarti kesehatan itu sangat mahal, dan jikalau kita lihat di daerah perkotaan ada banyak orang yang mengeluarkan banyak biaya untuk menjaga agar hidupnya tetap sehat. Maka, saya kadang-kadang salut terhadap anak yang menjaga, dan memerhatikan orangtuanya pada masa tuanya.
6. Ada juga orang yang saat ini sedang bergumul tentang pekerjaan. Apalagi dengan kondisi bangsa kita saat ini, yang nilai tukar rupiahnya semakin melemah, 1 dolar hampir 14.000. Sehingga mengakibatkan saat ini ada banyak orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, dampaknya bisa juga kita alami dan rasakan pada saat ini, di mana barang-barang tertentu mengalami kenaikan.
7. Bahkan saat ini Indonesia, dunia dan orang-orang di dalamnya sedang bergumul melawan pandemik Covid 19. Seluruh pikiran, daya, dana dipertaruhkan / dikerahkan agar wabah ini cepat teratasi dan orang-orang di seluruh dunia boleh beraktivitas sebagaimana biasanya.

Tak jarang dalam kehidupan kita bahwa ketika kita sedang bergumul dengan sesuatu, tiba-tiba datang lagi pergumulan yang lain. Tak jarang Allah baru mendengar dan mengabulkan doa kita, tiba-tiba masalah yang lebih besar lagi timbul. Itulah kenyataan hidup. Selama kita hidup kita pasti mempunyai pergumulan. Istilah kasarnya “hanya orang mati yang tidak memiliki pergumulan”. Lalu bagaimana kita menghadapinya? Dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri, atau dengan kekuatan Allah?... Ini menjadi bahan perenungan bagi setiap kita sekalian.

Perikop yang menjadi pusat perhatian kita saat ini adalah perikop yang menceritakan tentang Daud, khususnya bagaimana Daud bergumul melawan Goliat, yang adalah musuh bangsa Israel. Bagi saya ini adalah sebuah pertempuran  yang irasional. Tidak masuk logika, atau tidak masuk akal. 

1. Di Alkitab dikatakan bahwa Goliat adalah pendekar tentara Filistin dari Gat (1 Sam. 17:4), sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit, manusia raksasa, bersenjata lengkap, dan berpakaian perang dari baja, manusia paling besar dan tinggi. Tinggi goliat ini masih perdebatan di antara para teolog-teolog masa lalu dan masa kini. Ada yang mengatakan (Ensklopedi) tinggi badannya dirinci sebagai ‘enam siku dan satu jengkal’, 3,2 m (jika satu siku sama dengan 52,5 cm. (Handbook), ada juga mengatakan tingginya sepuluh kaki, 6 hasta sejengkal, hampir tiga meter. Kira-kira siapa yang paling tinggi disini di Indonesia? Ada yang 185 cm? Kita lihat bapak-bapak yang tinggi ditelevisi saja yang 2 meter kita sudah terheran-heran, apalagi 3 meter. Wah...luar biasa. 

2. Sedangkan Daud digambarkan, sebagai gembala domba, masih muda, tidak memiliki pengalaman sebagai prajurit, paling kecil di antara saudara-saudaranya, atau anak bungsu dari delapan (8) bersaudara, tidak bersenjata lengkap, Alkitab menggambarkan bahwa kulitnya kemerah-merahan, dan elok parasnya. Kalau bahasa sekarang mah, imut-imut, cocoknya dia jadi bintang Sinetron/FTV. Bahkan ayahnya Isai juga sanksi/ragu akan dia, ayahnya lebih mendukung abang-abangnya, yaitu Eliab, Abinadab, dan Syama  pergi melawan Goliat, yang lebih perkasa, dan gagah. Demikian juga Eliab meragukan Daud (1 Sam. 17:28). Saul juga meragukan akan kemampuannya (1 Sam. 17:33), karena ia masih muda. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada seorang pun yang mendukung Daud untuk pergi melawan Goliat, sekalipun ia berupaya meyakinkan mereka bahwa Ia adalah seorang pemberani, dan sering mengalahkan singa atau beruang yang menerkam kambing domba gembalaannya.
Ibaratnya, kalau ditanya kira-kira siapa yang menang apabila saya bertinju dengan Floyd Mayweather? Tentulah yang menang adalah Floyd Maywather, orang dia selama bertanding tidak pernah kalah, sebanyak 48 kali. Mungkin nafasnya saja, bisa buat saya jatuh....huuus....plak.

3. Namun, menarik dan uniknya, di Alkitab dikatakan bahwa Daud MENANG di Efes-Damim dalam pertarungan satu lawan satu dengan menggunakan sebuah Ketapel, umban dan batu/ali-ali. Goliat bagaikan benteng yang ambruk di depannya. Timbul pertanyaan? Dimana terletak kunci kemenangan Daud? Dalam kitab 1 Samuel dikatakan bahwa Daud menang karena Ia bergumul bersama dengan Allah. Daud menang, karena ia menaruh iman kepada Allah/percaya dan mempercayakan diri secara totalitas pada Allah. Kekuatan Daud terletak pada kedekatan-Nya dengan Allah. Dikatakan dalam 1 Samuel 16:7 bahwa Daud mengasihi Allah yang membuatnya senantiasa mencari Allah dan wajah-Nya (1 Tawarikh 16:10-11). Dengan kata lain, kemenangan Daud terletak pada kuasa dan kekuatan Allah yang nyata dalam hidupnya, dan Daud tidak mengandalkan diri-Nya dalam mengalahkan Goliat dan orang Filistin (ay. 37, 45-47). 

4. Tema utama dari kisah antara Daud dan Goliat adalah Karena Allah menyelamatkan, atau kekuatan Allah yang menyelamatkan, dan bukan pada kehebatan Daud itu sendiri (bisa kita lihat di ayat 47 “Dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan  bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami”). Dalam hal ini kita sebagai orang Kristen diteguhkan bahwa ada pelbagai cara yang Tuhan lakukan untuk menolong yang percaya kepada-Nya. Tuhan tidak pernah, dan tak akan pernah kehabisan cara untuk menolong umat-Nya di masa lalu, dan di masa kini. Firman Tuhan katakan bahwa lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab Tuhan Allah semesta alam menyertainya (2 Sam. 5:10).
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mengalami hal yang sama dengan Daud, yaitu bergumul dengan raksasa-raksasa, perkara-perkara, masalah-masalah yang besar. Yang secara manusia, logika kita, tidak dapat mengatasi, menyelesaikanya, atau menghadapinya. Ada banyak goliat-goliat dalam hidup kita. Namun, jikalau kita bersama dengan Allah kita dapat melewatinya atau menghadapinya; bergumul dengan Tuhan, maka raksasa-raksasa tersebut dapat dikalahkan. 
Menarik bagi saya, bahwa sesungguhnya Daud tidak berdoa, dan tidak berharap supaya musuhnya disingkirkan, dijauhkan; tetapi Dia meminta agar di tengah pergumulan agar ia kuat dalam menghadapi pergumulan tersebut “kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu”. Sama halnya dengan kita, sesungguhnya kita tidak mesti berdoa supaya kita lepas, bebas, dari pergumulan; yang perlu kita minta adalah agar Tuhan selalu menyertai kita dan memberikan kuasa, serta kekuatan untuk menghadapi seluruh pergumulan hidup. Tepatlah seperti firman Tuhan yang tertulis dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Oleh karena itu, marilah kita beriman seperti Daud, dan bersandar kepada kuasa Roh Kudus.

Dalam kehidupan Paulus juga kita dapat menemukan prinsip yang sama. Dalam Alkitab dicatat bahwa Paulus adalah seorang yang paling giat dalam melayani Tuhan, ia adalah seorang misionaris yang hebat, Paulus adalah seorang yang sangat luar biasa, pengalaman rohani/spiritualnya sangat wah. Dikatakan bahwa ia pernah mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus di Damsyik, disitu ia mengalami kebutaan sementara (Kis. 9:1-9). Lalu, ia juga pernah ditolong oleh malaikat Tuhan, dan dibebaskan dari penjara. Tiba-tiba malaikat datang. Bahkan, berdasarkan perikop ini, ia juga sudah pernah mendapat penglihatan tentang sorga, dan ia diangkat ke sana. Siapa yang sudah pernah bertemu dengan Tuhan? Siapa yang sudah bermimpi berjumpa dengan Tuhan? Siapa yang sudah pernah bolak-balik ke sorga. 
Namun, di samping hal-hal yang luar biasa itu, ia juga memiliki pergumulan. Dalam Alkitab dilaporkan bahwa Paulus memiliki “duri dalam daging”. Apakah yang dimaksud dengan “duri dalam daging” ini? Duri dalam daging ini masih perdebatan bagi para teolog-teolog di masa lalu dan di masa kini. 

Tetapi setidaknya ada dua jawaban yang paling umum yaitu: 
1) Bahwa itu adalah konsekuensi pelayanan. Tak jarang bahwa melayani membutuhkan pengorbanan, tak jarang paulus ditangkap, disiksa, didera, dipenjarakan, bahkan hampir dibunuh dalam pelayanan. Penolakan-penolakan yang dialami adalah sebuah pergumulan yang besar, dan sangat tidak mengenakkan. 
2) Namun ada juga mengatakan bahwa itu adalah sakit penyakit yang menyerang tubuhnya. Ada yang bilang itu adalah penyakit mata yang sangat menyakitkan, atau penyakit malaria yang akut. Dan itu juga menjadi pergumulannya. 

Yang menarik adalah bahwa Tuhan Yesus tidak mengambil duri dalam daging itu dari Paulus. Duri dalam daging itu mau mengajarkan bahwa sehebat apapun paulus dalam spiritualitasnya, bahkan dalam hal apapun ia memiliki batasan. Maka orang yang memiliki kelebihan janganlah sampai sombong, angkuh, pongoh, dan merendahkan orang lain; sebab setiap orang memiliki pergumulan/kelemahan dalam hidupnya. Melalui duri dalam daging ini Paulus diingatkan bahwa ia perlu lebih bergantung, berpaut, dan berharap pada Allah/kasih karunia Ilahi. Letak kekuatannya ada pada Tuhan. Alkitab katakan bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Ketika Paulus berdoa sebanyak tiga kali agar duri dalam daging itu diambil, Tuhan tidak mengabulkannya. Bukan karena Tuhan tidak mengasihi Paulus, namun ada satu prinsip yang dapat dipelajari oleh Paulus bahwa Tuhan tidak menyingkirkan pergumulan. Tidak membebaskan Paulus dari pergumulan. Yang Tuhan Yesus lakukan adalah memberikan kekuatan, kuasa, kemampuan dan pemampuan, untuk mengatasi, menyikapi, dan menghadapi pergumulannya. Melalui nats ini juga orang percaya harus belajar bahwa kelemahan manusia dan kasih karunia Allah berjalan bersama-sama.

Kita juga beroleh pelajaran dari Tuhan Yesus dalam Markus 6:1-12, bahwa ketika Tuhan Yesus mengambil rupa sebagai manusia demi menebus kita manusia berdosa, Ia juga kerapkali mengalami penolakan. Penolakan dari orang-orang sekampung, dari golongan-golongan berepengaruh seperti Farisi, Saduki, Zelot, Eseni, dan ahli-ahli Taurat, bahkan dari pihak pemerintah atau penguasa. Namun semua itu dihadapi, sebab Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. 

Menarik juga bahwa sebelum Tuhan Yesus mengutus murid-murid ke ladang pelayanan. Tuhan Yesus tidak menyingkirkan setan, tidak menyingkirkan tantangan, hambatan, atau kesulitan. Tetapi yang Yesus lakukan adalah memperlengkapi murid-murid dengan kuasa, kekuatan, kemampuan, keterampilan untuk menghadapi tantangan, rintangan, hambatan yang ada  silih berganti. Tuhan Yesus menopang tatkala murid-murid-Nya membutuhkan-Nya.

Inilah kebenarannya bahwa selama manusia hidup di dunia ini, maka selama itu juga manusia akan bergumul dengan sesuatu atau tentang sesuatu. Kita sadar dan mengakui bahwa ketika kita berseru kepada Allah tidak ujuk-ujuk/sekonyong-konyong Ia menyingkirkan, membebaskan kita dari masalah. Yang Ia lakukan adalah memperlengkapi kita dengan kekuatan, dengan kuasa untuk menghadapi pergumulan kita. Dengan kekuatan Allah ada jaminan bahwa kita akan mengalami kemenangan lepas kemenangan dalam setiap pergumulan kita.Dan selama kita mendekatkan diri kepada Kristus, maka Kristus akan mengaruniakan kekuatan dan penghiburan sorgawi-Nya.  Roh Kudus memampukan kita semua untuk menghidupi firman-Nya.

Soli Deo Gloria

Komentar

  1. Selamat membaca! Semoga menguatkan iman para pembaca.

    BalasHapus
  2. Jika merasa diberkati lewat blog ini, maka saya berharap supaya mengikuti blog ini. Jadi, jika ada postingan terbaru akan langsung ada pemberitahuan di akun Bapak / Ibu / Saudara / Saudari.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas