Keutamaan Allah sebagai Penolong bagi Umat Manusia


Keutamaan Allah sebagai Penolong bagi umat Manusia
Mazmur 146:1-10

Pada umumnya seseorang pasti meminta pertolongan kepada pribadi yang diyakini memiliki kemampuan, potensi, kuasa dan kekuatan untuk memberi pertolongan. Misalnya, apabila seseorang tidak memiliki uang, maka akan berusaha mencari orang yang memiliki uang; apabila ingin sembuh dari penyakit tertentu, maka akan mencari dokter, bidan; apabila ingin terbebas dari depresi, rasa bersalah maka dia akan mencari seorang Psikolog atau Konselor; jikalau ada yang berkekurangan secara ekonomi, kurang sehat, maka dia akan mengadu kepada Pemerintah, dll.

Menarik bagi saya untuk merenungkan firman Tuhan dari pasal 146-150, khususnya pasal 146 yang diawali dengan kata “hallelu yah”  yang diterjemahkan  ke dalam bahasa Indonesia “Puji Tuhan”, sebagai isyarat tentang kasih, anugerah, kebaikan, dan pertolongan Tuhan sehingga layak/patut dipuji dan dimuliakan. 

Dalam perikop ini, pribadi yang menyatakan dan menegaskan bahwa “Pujilah Tuhan hai jiwaku” “Muliakanlah Tuhan hai jiwaku” “Bermazmurlah bagi Tuhan hai jiwaku” adalah Daud; saya sebut ini sebagai nada khas individualisme; seni mengajari diri sendiri, seni menyemangati diri sendiri untuk memuji Tuhan atas apa yang telah diperbuat oleh Allah baginya? 
Menurut Charles & Everet (Ed.), gambaran ini tepat karena mencerminkan keadaan, pemikiran, dan bahasa pasca pembuangan. 

Selanjutnya, timbul pertanyaan apa yang menjadi dasar Daud berkata-kata terhadap dirinya sendiri  agar memuji Tuhan? dan apa argumentasi Daud sehingga memberanikan diri menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah nenek moyang kita sebagai penolong, dan yang menaruh harapannya pada Allah Israel?. Ini menunjuk pada Israel secara jasmani (eksklusivisme PL), namun berlaku juga kepada kita yaitu bangsa Israel secara rohani, sebab kita mengimani Allah yang diimani oleh Yakub.

Berdasarkan nats ini, saya temukan empat alasan yang meneguhkan Daud untuk menjadikan Allah sebagai penolong yang mendapat tempat pertama dan utama yaitu:
a. Allah itu pencipta dan Penguasa atas ciptaan-Nya (146:6a)
Menurut Daud Allah layak/patut dijadikan sebagai penolong satu-satunya sebab Allahlah yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada. Seluruh ciptaan-Nya ada dalam genggaman-Nya. Ia tidak kebergantungan kepada ciptaan-Nya, namun ciptaan-Nyalah yang bergantung kepada-Nya; Allah tidak terikat pada ciptaan, namun ciptaan yang terikat kepada Allah. Dalam hal ini melalui, penciptaan, kekuasaan, dan pemeliharaan Allah atas ciptaan menurut Daud dapat dijadikan dasar agar menaruh harapan kepada Allah, dan satu-satunya penolong adalah Allah.

b. Allah itu setia (146:6-9)
Setia berarti tetap sama, tidak berubah, konsisten. Argumentasi yang kedua mengapa Daud mengatakan bahwa Allah adalah satu-satunya penolong adalah karena Allah memiliki sifat yang tidak berubah dahulu sampai sekarang (bnd. Ibr. 5. 13:8). Apa yang dijanjikan pasti ditepati, tidak tergantung pada situasi dan kondisi (bnd. Bil. 23:19). Berbeda dengan manusia yang kadangkala berubah-ubah, tergantung pada suasana hati (mood), kadang baik, kadang juga tidak, hari ini ya, besok tidak...orang yang benar-benar setia di dunia ini tidak ada, namun hanya berusaha untuk setia...banyak orang baik tetapi orang yang setia siapakah menemukannya. Leslie, menyatakan bahwa Kesetiaan-Nya secara khas bekerja dalam tiga lapangan sosial, pribadi dan moral: a) Sosial (ay. 7): a) Penegakan keadilan untuk orang-orang yang diperas : hal ini menggambarkan kondisi bangsa Israel yang pada waktu itu ditindas & diperbudak. Diekspoitasi waktu, tenaga, pikiran, dan hartanya. b) Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung : secara jasmani dari penjajahan bangsa lain, secara rohani dari dosa/lingkaran setan. Pribadi ay. 8b: Membuka mata orang-orang buta : Kebutaan secara jasmani, maupun secara rohani; Menegakkan orang-orang yang tertunduk : Orang-orang tidak berharga, yang dipandang sampah masyarakat bisa berhasil. C) Moral (8c,9). Mengasihi orang-orang benar...Menunjukkan Allah itu konsisten bahwa ada upah bagi orang yang taat perintahnya, dan ada hukuman bagi orang yang melanggar perintahnya; Menjaga orang-orang asing : yang tidak punya tempat pemukiman, hasil penggusuran; anak-anak yatim dan janda ditegakkannya kembali.

Penekanan khusus pada Allah sebagai pembela orang yang dieksploitasi dan tertindas menunjukkan bahwa pemazmur adalah anggota sebuah masyarakat pada zamannya. Pemazmur mengalami bagaimana pertolongan Allah bagi dirinya, dan bagi komunitasnya bangsa Israel meneguhkan perjalanan iman yang lebih pasti. Cara terbaik agar kita bersyukur kembali di masa-masa sulit adalah ketika kita mengingat/merenungkan kasih, anugerah, dan pertolongan Tuhan di masa lalu. Hal ini sesuai dengan pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman yang dievaluasi adalah guru yang terbaik. Pengalaman akan pertolongan Tuhan di masa lalu (sebagai bagian dari sejarah), akan meneguhkan kita menjalani hidup di masa kini dan di masa mendatang.

c. Allah itu kekal 
Allah tidak berasal dari kefanaan, namun dari ketidakfanaan. Ia tidak diciptakan dalam ruang dan waktu, namun berasal dari dirinya sendiri, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Berbeda dengan manusia, sebab diciptakan dengan sifat kefanaan, manusia dapat mengalami kematian (ayat 4), dan tidak bisa menjamin keselamatan kekal. Oleh karena itu, manusia tidak dapat dijadikan satu-satunya penolong sebab hanya memberikan jawaban yang tidak utuh atas persoalan manusia. 

Masalah yang terbesar umat manusia di sepanjang sejarah adalah dosa. Dosa tidak dapat diatasi oleh manusia, namun hanya oleh Allah sendiri. Dan bukti pertolongan Allah atas persoalan terbesar umat manusia adalah ketika ia mengaruniakan Yesus Kristus demi keampunan umat manusia.

Seorang bangsawan/pangeran/presiden dengan segala penampilan stabilitas dan kuasa yang nampaknya cukup membuatnya layak dipercayai, hanyalah sekadar manusia biasa saja (ayat 3). pemazmur meminta manusia untuk tidak mengandalkan kebaikan para bangsawan. Dia menyadari bahwa pertolongan yang terus-menerus tidak mungkin diharapkan dari manusia yang fana, yang hidup dan pemikirannya akan berakhir ketika tubuhnya kembali menjadi debu (ayat 4). 

Dukun, iblis , roh-roh, benda-benda gaib, juga sama tidak memiliki kuasa yang kekal, namun hanya bersifat sementara. ..Jikalau meminta pertolongan kepada dukun, setan, atau dewa-dewa kita harus menyediakan sesajen dan pasti ada tumbalnya...artinya kasih bersyarat; namun kepada Tuhan tidak bersyarat, dengan beriman kepada-Nya maka kita akan memperoleh pertolongan (bnd. Rom. 5:8).

Namun, ayat-ayat ini janganlah dipahami sebagai anjuran sinis untuk tidak pernah mempercayai seseorang, atau meminta pertolongan dari manusia. Mazmur ini bergerak pada taraf yang paling fundamental, yaitu apakah hakekat dari obyek kepercayaan yang terakhir? Pada akhirnya, apakah yang dapat dijadikan landasan bagi kehidupan seseorang? Siapakah penolong yang mendapat tempat pertama dan paling utama?.

Oleh karena itu, saya mengajak semua orang percaya senantiasa menjadikan Allah sebagai sumber pertolongan yang utama dan pertama dalam hidup kita, sebab Ia adalah Allah semesta alam (Yehovah Se’baot), yang berkuasa, setia, kekal, dan pemerintahan-Nya baik di bumi dan di surga. Dengan penyerahan diri secara total dan oleh kuat, kuasa Roh Kudus semoga kita dimampukan untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong dalam hidup kita. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas