MENJADIKAN DOA SEBAGAI GAYA HIDUP (MATIUS 7:7-11)

Perikop ini menjadi ayat favorit banyak orang. Ketika membaca dan merenungkan perikop ini orang Kristen tidak bisa menyangkali pentingnya, jaminan dan kuasa doa dari perikop ini. Namun, apakah doa sudah dijadikan sebagai gaya hidup? atau jangan-jangan doa masih sering dilupakan? Mari kita perhatikan keindahan perikop ini satu persatu, yaitu bahwa perikop ini diisi tiga perintah tentang berdoa mintalah, carilah dan ketoklah. Hal ini mengindikasikan bahwa berdoa bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah sebuah keharusan / kewajiban. 

Doa adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Allah. Doa adalah sarana untuk membangun relasi yang intim dengan Tuhan. Doa adalah sarana untuk mengetahui rencana dan kehendak-Nya dalam kehidupan kita. Mengapa Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk berdoa? Karena berdoa bukan kegiatan alamiah dari orang Kristen. Manusia memiliki tendensi untuk tidak berdoa. 3 bukti bahwa berdoa bukan kegiatan alamiah; Di tengah situasi yang begitu genting, murid-murid Tuhan Yesus justru tertidur pulas di Taman Getsemani (Mat. 26:40). Sebagian jemaat di perantauan tidak mendapatkan apa-apa dari Tuhan karena mereka tidak berdoa (Yak. 4:2b). Sebagian yang lain merencanakan hidup begitu rupa seolah-olah mereka sendiri yang berkuasa mengontrol dan menentukan hidup mereka.

Menarik ada tiga kata perintah untuk menjelaskan tentang doa. Bukankah ketiga kata itu memiliki makna yang sama. Ternyata secara sederhana ketiga kata itu tidak memiliki arti yang persis sama, namun memiliki penekanan berbeda. Ketiga kata perintah itu memberikan gambaran bagi kita bahwa ketika seseorang percaya meminta kepada Allah dengan iman, tidak menjadikan si peminta itu menunggu dengan pasif sampai kiriman itu datang. Melainkan si peminta tersebut harus mencari kehendak Allah atau berusaha atau berupaya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan isi doanya.  Harus diakui dalam hal tertentu diperlukan ketekunan agar Tuhan membukakan pintu bagi kita, sesuai dengan ketiga kata itu yang berjenis present tense. Artinya doa dilakukan secara terus menerus, berdoa senantiasa.
Setelah Tuhan Yesus memberikan 3 perintah kepada orang banyak yang hadir pada waktu itu, Ia kembali memberikan dorongan / motivasi agar mereka menjadikan doa sebagai gaya hidup. 

Alasan Tuhan Yesus memberi dorongan adalah agar umat-Nya melaksanakan doa bukan sebagai suatu keterpaksaan, agar doa dilaksanakan bukan dengan keraguan. Tuhan hendak mengatakan bahwa berdoa terutama untuk kebaikan manusia, maka lakukanlah dengan sukacita. Orang yang berdoa akan menikmati manfaat doa. Di dalam ayat 8 ada tiga janji, yaitu Akan diberikan kepadamu/menerima, kamu akan mendapat/mendapat dan pintu akan dibukakan bagimu/pintu dibukakan. Artinya, Tuhan memberikan jaminan ketika umat-Nya berdoa. Yang menarik di ayat 8 ada kata “setiap orang”. Siapa? Tentu mereka adalah orang yang percaya (Yoh. 1:12). Hal ini bermaksud mengatasi sifat takut dan ragu-ragu dalam diri kita, yang meniratkan asumsi betapa firman Tuhan itu berhasil bagi orang lain. Tetapi tidak akan berhasil bagi kita. Martin Luther memahami betapa Yesus sedang memotivasi saat ia mengungkapkan kalimat sebagai “Ia tahu bahwa kita takut-takut dan malu-malu, bahwa kita merasa tidak layak dan tidak pantas untuk mengajukan kebutuhan-kebutuhan kita kepada Allah. Kita berpikir bahwa Allah itu sedemikian besar dan kita ini sedemikian kecil, sehingga kita tidak berani berdoa...itulah sebabnya Kristus ingin membujuk kita untuk keluar dari pikiran-pikiran yang takut-takut seperti itu, untuk menyingkirkan keragu-raguan kita, dan menjadikan kita untuk terus berdoa dengan yakin dan berani.

Apakah saudara telah dikuatkan dan diteguhkan agar menjadikan doa sebagai gaya hidup melalui perintah dan janji-Nya? Allah meyakinkan kembali murid-murid-Nya tentang kasih, kebaikan dan kemurahan-Nya melalui kisah bapa di dunia dan anak Vs bapa di sorga dan anak. Dorongan untuk berdoa melalui perintah dan janji-Nya diteguhkan dengan pengakuan dan kesadaran bahwa kebaikan Allah Bapa bagi anak-anak-Nya melampaui kebaikan bapa di dunia terhadap anaknya. Dalam ayat 11 diperbandingkan Bapa di dunia yang jahat (sebuah acuan kepada keberdosaan manusia) dengan Bapa di sorga yang baik. Jikalau manusia yang secara hakiki adalah jahat saja tahu memberikan yang baik, apalagi Bapa di surga yang secara hakiki adalah baik. Ia pasti akan memberikan yang baik kepada anak-anak-Nya. Dan yang terbaik adalah bahwa Ia memberikan Roh Kudus kepada anak-anak-Nya sebagai Penasihat dan Penolong (Lukas 11:13; Yohanes 14:16-18).

Apakah ini berarti bahwa segala sesuatu yang diminta, dicari dan diketuk oleh seorang anak Allah akan selalu diperoleh-Nya? Tidak. Mengapa? Allah Bapa hanya mengabulkan doa yang dipanjatkan dengan benar. Allah Bapa hanya mengabulkan doa yang menjadi kebutuhan kita (Mat. 7:11; Fil. 4:19). Allah Bapa hanya mengabulkan doa yang dinaikkan dengan iman. Allah Bapa hanya mengabulkan doa yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Allah Bapa hanya memberikan yang baik dan sempurna (Mat. 7:11; Yak. 7:11).
Tuhan mengingatkan kita melalui perintah-Nya, dorongan melalui jaminan, dan melalui peneguhan akan kebaikan dan kasih-Nya; maka marilah kita meresponinya dengan menjadikan doa sebagai gaya hidup. Jika kita meminta , mencari dan mengetok selaku anak-anak yang tanpa daya, yang melupakan segala sumber daya kita sendiri,dan berpaling kepada bapa di sorga yang selalu dapat diandalkan itu Ia akan mendengarkan kita dan memberi kita hal-hal yang baik. Adakalanya persis seperti apa yang kita minta. Adakalanya persis ketika kita memintanya. Adakalanya persis seperti cara kita menginginkannya. Kesempatan lain, Ia memberi kita SESUATU yang lebih baik, atau kadang pada WAKTU yang Ia tahu akan lebih baik, atau dengan CARA yang Ia tahu akan lebih baik. Jadi jika kita memercayai apa yang dikatakan Yesus, betapa banyaknya berkat yang dilewatkan hanya karena tidak mau meminta, mencari dan mengetok berkat-berkat bagi diri kita, keluarga kita, gereja kita, bangsa kita.

SOLI DEO GLORIA







Komentar

  1. Selamat membaca renungan di atas. Semoga menginspirasi agar memiliki kehidupan doa yang berkualitas.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas