Dari Kehinaan menuju Kemuliaan


Di dalam Alkitab digambarkan bahwa Allah adalah seorang pribadi yang memiliki kuasa, kedaulatan untuk menciptakan; yang di dalamnya menciptakan langit dan terang, cakrawala, tumbuh-tumbuhan, benda-benda penerang, binatang di laut dan di udara, binatang darat, juga manusia. Dapat dikatakan, bahwa tidak ada satu pun di dunia, baik benda mati maupun benda hidup tanpa pekerjaan tangan-Nya. Dalam Mazmur 8:1-10 diuraikan atau dituliskan sebuah kidung indah yang memuliakan Allah Pencipta. Dijelaskan pula ketika Daud merenungkan betapa luasnya alam semesta, pemazmur diliputi perasaan betapa kecilnya manusia. Ia mengagumi Allah yang bukan saja mempedulikan manusia, melainkan juga telah membuat manusia memiliki kedudukan tinggi, yakni manusia berkuasa atas semua makhluk ciptaan-Nya yang lain; nampak pula bahwa kemuliaan Allah sungguh nyata ketika merancang dan menjadikan manusia yang adalah di satu sisi memiliki dimensi kehinaan, namun di sisi lain diubah menjadi pribadi yang memiliki dimensi kemuliaan. Rancangan Allah terhadap manusia juga merupakan bukti kedaulatan dan keagungan Allah.
Isi: 
Pertama-tama kita perhatikan tentang dimensi kehinaan manusia. Di dalam Mazmur 8:5, berkata “Siapakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga engkau mengindahkannya? Kata-kata Ibraninya menunjuk kepada asal manusia yang rendah dan ketidakberdayaan manusia. Dalam hal ini ada dua jenis kehinaan manusia, yaitu:
a. Manusia terbuat dari debu tanah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia pasti mengalami kematian fisik. Usia manusia digambarkan hanya 70 tahun, dan apabila ada usia di atasnya merupakan anugerah khusus. Akan tetapi ketika seorang manusia mengambil keputusan menjadi percaya kepada Yesus maka kehinaan itu berubah menjadi kemuliaan. Kematian bukan akhir dari kehidupan, tetapi awal dari kehidupan yang kekal di masa mendatang.
b. Manusia adalah orang yang sudah jatuh ke dalam dosa. Jadi, semua potensi yang dimiliki oleh manusia berbanding terbalik dengan maksud dan rencana Tuhan. Bahkan kebaikan dan kesalehan yang diketahui dan diterapkan oleh manusia dipandang hanya seperti kain kotor. Artinya, kebaikan manusia tidak dapat mencapai standar kebaikan menurut Allah. Akan tetapi Allah membuka jalan dan memberikan jawaban atas pergumulan terbesar manusia di dalam dunia, yaitu tentang dosa; dengan mengaruniakan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus untuk mendamaikan/memulihkan hubungan antara Allah dan manusia. 
Kedua kita perhatian tentang dimensi kemuliaan manusia. 
1. Di dalam Mazmur 8:6 dikatakan bahwa namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah karya seni utama Allah yang diciptakan segambar dan seturut dengan Allah. Manusia adalah fotocopy “demuth dan tselem” dari Allah. Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa manusia memiliki sifat-sifat Allah, bahkan setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa pun masih ada sifat-sifat Allah yang dimiliki oleh manusia, sekalipun ada sifat-sifat Allah yang hilang setelah berdosa. Allah adalah mulia, berarti manusia juga memiliki sifat kemuliaan Allah.
2. Dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Ciptaan Allah yang memiliki akal budi, perasaan, dan kehendak hanyalah manusia. Kelebihan ini merupakan petunjuk yang menempatkan manusia lebih tinggi, lebih berharga, lebih bermakna, dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Demikian berharganya kita bagi Allah sehingga kita menjadi tujuan khusus perhatian dan perkenanan-Nya. Kita adalah seorang penatalayanan Allah di dunia atas seluruh ciptaan-Nya.
3. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganmu, segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya. Hal ini sesuai dengan mandat budaya seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:28, bahwa manusia bertugas untuk mengelola dan memelihara ciptaan lainnya/ dunia dan segala bentuk kehidupan yang ada di tempatkan di bawah kekuasaan manusia. Semuanya dipergunakan untuk kemuliaan Tuhan, dan juga kelangsungan umat manusia. Kata berkuasa atau menguasai jangan dipahami sebagai mengeksploitasi, memperdayakan, dan menguras. Sebab manusia hanyalah sebagai penatalayanan Allah, bukan sebagai pemilik. Dalam ayat 4, 8, dan 9 dirinci tentang hal-hal apa saja yang menjadi wilayah kekuasaan dari manusia.
Mazmur 8:1-10 sering disebut juga sebagai nubuatan tentang Tuhan Yesus, di mana demi menyelamatkan umat manusia Ia memiliki dua natur, yaitu: natur kehinaan dan kemuliaan. Ibrani 2:5-9.

Berdasarkan firman Tuhan ini dapat dikatakan bahwa sejatinya manusia akan berguna dan sangat berguna apabila Ia dekat dengan Allah, karena kehinaannya akan diubah menjadi kemuliaan. Sama seperti di awal Firman Tuhan ini yang berisi pujian kepada Allah, dalam ayat 10 kidung ini juga ditutup dengan untaian kata yang indah, pujian yang terulung yaitu “Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi”. Dalam hal ini kehinaan manusia yang diubah oleh Allah menjadi kemuliaan, bukan semata-mata diperuntukkan bagi kemegahan atau keagungan manusia; melainkan harus bermuara pada kemuliaan, hormat, dan keagungan Tuhan.  Atau pengetahuan dan pemahaman tentang kemuliaan ini bukan alasan untuk memuji diri sendiri; melainkan menjadi alasan untuk bersyukur dan memuliakan nama-Nya. Dari Dia, Oleh Dia, dan Kepada Dia. Di satu pihak kita menyadari kedudukannya sangat kecil, tetapi di lain pihak kita menyadari kedudukannya yang tinggi bila dibandingkan dengan kosmos, dan segala isinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas