Kekuatan Allah Dalam Menghadapi Pergumulan Hidup (1 Sam. 17: 40-54; 2 Kor. 12:2-10)
Bergumul ialah bergulat,
atau bergelut. Berarti orang yang bergumul adalah orang yang sedang bergulat tentang
sesuatu, atau bergelut dengan sesuatu. Tentu pergumulan setiap orang itu
bermacam-macam, misalnya:
1. Siswa
atau mahasiswa tentulah sedang bergumul tentang bagaimana caranya agar ia bisa
menyelesaikan studi dengan baik.
2. Orangtua
tentulah sedang bergumul tentang bagaimana ia merawat, mengajar, mendidik, dan
membesarkan anaknya dengan kreatif, dan baik.
3. Dalam
rumah tangga, seorang suami sedang bergumul tentang banyaknya tuntutan-tuntutan
dari sang isteri, demikian juga sebaliknya isteri bergumul dengan
tuntutan-tuntutan suaminya. Mereka sama-sama mengharapkan perhatian, pemahaman,
pengertian, dan kasih dari pasangannya. Bahkan, seorang suami juga bergumul
bagaimana memenuhi semua kebutuhan anggota keluarganya.
4. Kaum
pemuda/i bisa bergumul tentang pasangan hidup/teman hidup. Yang dimaksudkan bukan
hanya pacar, atau istilah kerennya “cinta monyet” yang ada pada saat
senang-senang saja. Tetapi teman sepanjang hidup yang ada dalam setiap keadaan,
baik susah maupun senang; yang mengasihi dirinya dan keluarganya dengan sepenuh
hati.
5. Ada
orang yang bergumul dengan sakit penyakit. Bukan hanya tenaga, pikiran, tetapi
dana juga semua dikorbankan. Tak jarang ada orang yang pindah dari rumah sakit
yang satu, ke rumah yang sakit yang lain untuk mencari kesembuhan. Itu berarti
kesehatan itu sangat mahal, dan jikalau kita lihat di daerah perkotaan ada
banyak orang yang mengeluarkan banyak biaya untuk menjaga agar hidupnya tetap
sehat. Maka, saya kadang-kadang salut terhadap anak yang menjaga, dan memerhatikan
orangtuanya pada masa tuanya.
6. Ada
juga orang yang saat ini sedang bergumul tentang pekerjaan. Apalagi dengan
kondisi bangsa kita saat ini, yang nilai tukar rupiahnya semakin melemah, 1
dolar hampir 14.000. Sehingga mengakibatkan saat ini ada banyak orang yang
mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, dampaknya bisa juga kita
alami dan rasakan pada saat ini, di mana barang-barang tertentu mengalami
kenaikan.
7. Saat
ini pun ada banyak orang yang mengalami kesulitan air, karena sejak April 2016 lalu
musim kekeringan. Bahkan ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkannya,
sehingga di beberapa tempat terjadi kebakaran hutan, dan hal itu juga membawa
pergumulan bagi manusia di masa kini dan di masa mendatang.
Tak jarang dalam kehidupan kita bahwa ketika kita
sedang bergumul dengan sesuatu, tiba-tiba datang lagi pergumulan yang lain. Tak
jarang Allah baru mendengar dan mengabulkan doa kita, tiba-tiba masalah yang
lebih besar lagi timbul. Itulah kenyataan hidup. Selama kita hidup kita pasti
mempunyai pergumulan. Istilah kasarnya “hanya orang mati yang tidak memiliki
pergumulan”. Lalu bagaimana kita menghadapinya? Dengan mengandalkan kekuatan
kita sendiri, atau dengan kekuatan Allah?... Ini menjadi bahan perenungan bagi
setiap kita sekalian.
Tadi bapak, ibu, saudara dan saya
telah membaca sebuah perikop yang menceritakan tentang Daud, khususnya
bagaimana Daud bergumul melawan Goliat, yang adalah musuh bangsa Israel. Bagi
saya ini adalah sebuah pertempuran yang
irasional. Tidak masuk logika, atau tidak masuk akal.
1. Di
Alkitab dikatakan bahwa Goliat adalah pendekar tentara Filistin dari Gat (1
Sam. 17:4), sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit, manusia raksasa, bersenjata
lengkap, dan berpakaian perang dari baja, manusia paling besar dan tinggi. Tinggi
goliat ini masih perdebatan di antara para teolog-teolog masa lalu dan masa
kini. Ada yang mengatakan (Ensklopedi) tinggi badannya dirinci sebagai ‘enam
siku dan satu jengkal’, 3,2 m (jika satu siku sama dengan 52,5 cm. (Handbook),
ada juga mengatakan tingginya sepuluh kaki, 6 hasta sejengkal, hampir tiga
meter. Izinkan saya bertanya, kira-kira siapa yang paling tinggi disini? Ada
yang 185 cm? Kita lihat bapak ini saja sudah begini, apalagi 3 meter.
Wah...luar biasa.
2. Sedangkan
Daud digambarkan, sebagai gembala domba, masih muda, tidak memiliki pengalaman
sebagai prajurit, paling kecil di antara saudara-saudaranya, atau anak bungsu
dari delapan (8) bersaudara, tidak bersenjata lengkap, Alkitab menggambarkan
bahwa kulitnya kemerah-merahan, dan elok parasnya. Kalau bahasa sekarang mah,
imut-imut, cocoknya dia jadi bintang Sinetron/FTV. Bahkan ayahnya Isai juga
sanksi/ragu akan dia, ayahnya lebih mendukung abang-abangnya, yaitu Eliab, Abinadab,
dan Syama pergi melawan Goliat, yang
lebih perkasa, dan gagah. Demikian juga Eliab meragukan Daud (1 Sam. 17:28).
Saul juga meragukan akan kemampuannya (1 Sam. 17:33), karena ia masih muda.
Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada seorang pun yang mendukung Daud untuk
pergi melawan Goliat, sekalipun ia berupaya meyakinkan mereka bahwa Ia adalah
seorang pemberani, dan sering mengalahkan singa atau beruang yang menerkam
kambing domba gembalaannya.
Ibaratnya, kalau ditanya kira-kira
siapa yang menang apabila saya bertinju dengan Floyd Mayweather? Tentulah yang
menang adalah Floyd Maywather, orang dia selama bertanding tidak pernah kalah,
sebanyak 48 kali. Mungkin nafasnya saja, bisa buat saya jatuh....huuus....plak.
3. Namun,
menarik dan uniknya, di Alkitab dikatakan bahwa Daud MENANG di Efes-Damim dalam
pertarungan satu lawan satu dengan menggunakan sebuah Ketapel, umban dan batu/ali-ali.
Goliat bagaikan benteng yang ambruk di depannya. Timbul pertanyaan? Dimana terletak
kunci kemenangan Daud? Dalam kitab 1 Samuel dikatakan bahwa Daud menang
karena Ia bergumul bersama dengan Allah. Daud menang, karena ia menaruh iman
kepada Allah/percaya dan mempercayakan diri secara totalitas pada Allah. Kekuatan
Daud terletak pada kedekatan-Nya dengan Allah. Dikatakan dalam 1 Samuel 16:7
bahwa Daud mengasihi Allah yang membuatnya senantiasa mencari Allah dan
wajah-Nya (1 Tawarikh 16:10-11). Dengan kata lain, kemenangan Daud terletak
pada kuasa dan kekuatan Allah yang nyata dalam hidupnya, dan Daud tidak
mengandalkan diri-Nya dalam mengalahkan Goliat dan orang Filistin (ay. 37,
45-47). Tema utama dari kisah antara Daud dan Goliat adalah Karena Allah
menyelamatkan, atau kekuatan Allah yang menyelamatkan, dan bukan pada kehebatan
Daud itu sendiri (bisa kita lihat di ayat 47 “Dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa Tuhan menyelamatkan bukan
dengan pedang dan bukan dengan lembing.
Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan
kami”). Dalam hal ini kita sebagai orang Kristen diteguhkan bahwa ada
pelbagai cara yang Tuhan lakukan untuk menolong yang percaya kepada-Nya. Tuhan
tidak pernah, dan tak akan pernah kehabisan cara untuk menolong umat-Nya di
masa lalu, dan di masa kini. Firman Tuhan katakan bahwa lalu makin lama
makin besarlah kuasa Daud, sebab Tuhan Allah semesta alam menyertainya (2 Sam.
5:10).
Bapak,
ibu/saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, dalam kehidupan
sehari-hari kita juga sering mengalami hal yang sama dengan Daud, yaitu
bergumul dengan raksasa-raksasa, perkara-perkara, masalah-masalah yang besar.
Yang secara manusia, logika kita, tidak dapat mengatasi, menyelesaikanya, atau
menghadapinya. Ada banyak goliat-goliat dalam hidup kita. Namun, jikalau kita
bersama dengan Allah kita dapat melewatinya atau menghadapinya; bergumul dengan
Tuhan, maka raksasa-raksasa tersebut dapat dikalahkan. Menarik bagi saya, bahwa
sesungguhnya Daud tidak berdoa, dan tidak berharap supaya musuhnya
disingkirkan, dijauhkan; tetapi Dia meminta agar di tengah pergumulan agar ia
kuat dalam menghadapi pergumulan tersebut “kata Daud: “TUHAN yang telah
melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan
melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu”. Sama halnya dengan kita,
sesungguhnya kita tidak mesti berdoa supaya kita lepas, bebas, dari pergumulan;
yang perlu kita minta adalah agar Tuhan selalu menyertai kita dan memberikan
kuasa, serta kekuatan untuk menghadapi seluruh pergumulan hidup. Tepatlah
seperti firman Tuhan yang tertulis dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Oleh karena itu,
marilah kita beriman seperti Daud, dan bersandar kepada kuasa Roh Kudus.
Dalam kehidupan Paulus juga kita
dapat menemukan prinsip yang sama. Dalam Alkitab dicatat bahwa Paulus adalah
seorang yang paling giat dalam melayani Tuhan, ia adalah seorang misionaris
yang hebat, Paulus adalah seorang yang sangat luar biasa, pengalaman rohani/spiritualnya
sangat wah. Dikatakan bahwa ia pernah mengalami perjumpaan secara pribadi
dengan Tuhan Yesus di Damsyik, disitu ia mengalami kebutaan sementara (Kis.
9:1-9). Lalu, ia juga pernah ditolong oleh malaikat Tuhan, dan dibebaskan dari
penjara. Tiba-tiba malaikat datang. Bahkan, berdasarkan perikop ini, ia juga
sudah pernah mendapat penglihatan tentang sorga, dan ia diangkat ke sana. Siapa
yang sudah pernah bertemu dengan Tuhan? Siapa yang sudah bermimpi berjumpa
dengan Tuhan? Siapa yang sudah pernah bolak-balik ke sorga.
Namun, di samping hal-hal yang luar
biasa itu, ia juga memiliki pergumulan. Dalam Alkitab dilaporkan bahwa Paulus
memiliki “duri dalam daging”. Apakah yang dimaksud dengan “duri dalam daging”
ini? Duri dalam daging ini masih perdebatan bagi para teolog-teolog di masa
lalu dan di masa kini. Tetapi setidaknya ada dua jawaban yang paling umum
yaitu:
1) Bahwa itu adalah konsekuensi
pelayanan. Tak jarang bahwa melayani membutuhkan pengorbanan, tak jarang
paulus ditangkap, disiksa, didera, dipenjarakan, bahkan hampir dibunuh dalam pelayanan.
Penolakan-penolakan yang dialami adalah sebuah pergumulan yang besar, dan
sangat tidak mengenakkan.
2) Namun ada juga mengatakan
bahwa itu adalah sakit penyakit yang menyerang tubuhnya. Ada yang bilang
itu adalah penyakit mata yang sangat menyakitkan, atau penyakit malaria yang
akut. Dan itu juga menjadi pergumulannya.
Yang
menarik adalah bahwa Tuhan Yesus tidak mengambil duri dalam daging itu dari
Paulus. Duri dalam daging itu mau mengajarkan bahwa sehebat apapun paulus dalam
spiritualitasnya, bahkan dalam hal apapun ia memiliki batasan. Maka orang yang
memiliki kelebihan janganlah sampai sombong, angkuh, pongoh, dan merendahkan
orang lain; sebab setiap orang memiliki pergumulan/kelemahan dalam hidupnya.
Melalui duri dalam daging ini Paulus diingatkan bahwa ia perlu lebih
bergantung, berpaut, dan berharap pada Allah/kasih karunia Ilahi. Letak
kekuatannya ada pada Tuhan. Alkitab katakan bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Ketika
Paulus berdoa sebanyak tiga kali agar duri dalam daging itu diambil, Tuhan
tidak mengabulkannya. Bukan karena Tuhan tidak mengasihi Paulus, namun ada satu
prinsip yang dapat dipelajari oleh Paulus bahwa Tuhan tidak menyingkirkan
pergumulan. Tidak membebaskan Paulus dari pergumulan. Yang Tuhan Yesus lakukan
adalah memberikan kekuatan, kuasa, kemampuan dan pemampuan, untuk mengatasi,
menyikapi, dan menghadapi pergumulannya. Melalui nats ini juga orang percaya
harus belajar bahwa kelemahan manusia dan kasih karunia Allah berjalan
bersama-sama.
Kita juga beroleh pelajaran dari
Tuhan Yesus dalam Markus 6:1-12, bahwa ketika Tuhan Yesus mengambil rupa
sebagai manusia demi menebus kita manusia berdosa, Ia juga kerapkali mengalami
penolakan. Penolakan dari orang-orang sekampung, dari golongan-golongan
berepengaruh seperti Farisi, Saduki, Zelot, Eseni, dan ahli-ahli Taurat, bahkan
dari pihak pemerintah atau penguasa. Namun semua itu dihadapi, sebab Ia datang
untuk melakukan kehendak Bapa-Nya.
Menarik juga bahwa sebelum Tuhan
Yesus mengutus murid-murid ke ladang pelayanan. Tuhan Yesus tidak menyingkirkan
setan, tidak menyingkirkan tantangan, hambatan, atau kesulitan. Tetapi yang
Yesus lakukan adalah memperlengkapi murid-murid dengan kuasa, kekuatan,
kemampuan, keterampilan untuk menghadapi tantangan, rintangan, hambatan yang
ada silih berganti. Tuhan Yesus menopang
tatkala murid-murid-Nya membutuhkan-Nya.
Inilah
kebenarannya bahwa selama manusia hidup di dunia ini, maka selama itu juga
manusia akan bergumul dengan sesuatu atau tentang sesuatu. Kita sadar dan
mengakui bahwa ketika kita berseru kepada Allah tidak ujuk-ujuk/sekonyong-konyong
Ia menyingkirkan, membebaskan kita dari masalah. Yang Ia lakukan adalah
memperlengkapi kita dengan kekuatan, dengan kuasa untuk menghadapi pergumulan
kita. Dengan kekuatan Allah ada jaminan bahwa kita akan mengalami kemenangan
lepas kemenangan dalam setiap pergumulan kita.Dan selama kita mendekatkan diri
kepada Kristus, maka Kristus akan mengaruniakan kekuatan dan penghiburan
sorgawi-Nya. Amin
Terima kasih atas renungan firman Tuhan Yesus, sangat menginspirasi buat saya kaum wanita masa kini dalam mencermati pergumulan yang selalu di perhadapkan dlm keluarga ku
BalasHapus