DAMPAK DARI TELADAN Belajar dari Keteladanan Hidup Yesus YOHANES 13:15


DAMPAK DARI TELADAN
Belajar dari Keteladanan Hidup Yesus
YOHANES 13:15
Alon Mandimpu Nainggolan

Seorang anak tergopoh-gopoh memohon pendetanya untuk datang ke rumah dan mendoakan yang sakit. Maka bergegaslah mereka pergi. Setibanya di tempat yang dituju pendeta itu menjadi kecewa sebab ternyata yang sakit itu hanyalah seeokor kucing. Pendeta itu merasa agak kesal. Di depan kucing itu berdoalah pendeta itu sebagai berikut: “Hai kucing, kalau kamu mau hidup, hiduplah; kalau kamu mau mati, matilah. Anak itu merasa sangat berterima kasih bahwa pendetanya datang dan mendoakan kucing kesayangannya yang beberapa hari kemudian betul menjadi sembuh. Sebagai tanda terima kasih, maka ia membuat sebuah gambar. Dihantarnya gambar itu ke rumah pendeta. Kebetulan pendeta itu sedang sakit. Bertanyalah anak itu, “Bolehkah saya berdoa untuk bapak?” “Tentu saja boleh”, jawab pendeta itu, “Hai pendeta, kalau kamu mau hidup, hiduplah; kalau kamu mau mati matilah, amin.

Berdasarkan cerita di atas kita diberikan pencerahan dan pengetahuan bahwa sejatinya seorang anak itu adalah seorang pelajar atau pembelajar cepat. Ia sangat cepat dalam menangkap contoh, model, pola, atau teladan. Sebenarnya setiap anak memang mudah menyerap contoh dan cepat belajar dari contoh. Ia belajar dengan menggunakan pancainderanya, apa yang dia lihat, apa yang dia dengar, apa yang dikecap. Bahkan sebenarnya hidup manusia adalah proses panjang tentang ditiru dan meniru.

Baiklah kita mulai dari masa kecil. Tidak ada orang yang lahir di dunia dengan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Yang dilakukan anak kecil adalah menyerap dan meniru apa saja yang dilihat dan didengarnya dari orang dewasa. Segala sesuatu yang diperbuat oleh orang dewasa adalah contoh. Dalam hal ini, anak lahir ibarat kertas putih dan polos. Lingkungannyalah yang mewarnai kertas itu. Jelas di sini pengaruh orang tua luar biasa besarnya. Ketika anak mulai berbicara kata itulah yang ditirunya. Semua sikap dan perilaku orangtua diamati dan ditiru. Kalau ayah menyia-nyiakan makanan di piring, anak pun ikut berbuat demikian, kalau ibu sering menolong, maka anak pun sering menolong. Segala yang dikatakan dan diperbuat oleh orang dewasa dianggap oleh anak kecil sebagai tolok ukur apa yang betul dan apa yang boleh. Bahkan bagaimana orangtua menyikapi persoalan/permasalahan yang terjadi juga menjadi gambar bagi dirinya? Apakah cepat menyerah atau putus asa atau sebaliknya tetap maju, berjuang dan selalu berpengharapan. Anak adalah produk/hasil dari keluarga.

Ketika anak ini mulai ke sekolah, ia mendapat tokoh panutan yang baru yaitu guru. Jika guru itu baik dan berwibawa, bukan mustahil anak itu lebih meniru teladan guru ketimbang orangtuanya. Tetapi kadang kala guru juga tidak bisa memberikan contoh yang baik dengan murid-muridnya. Misalnya, berkata tidak sopan, melakukan tindak kekerasan, dll.
Kemudian ketika anak ini memasuki usia sekitar 12-15 tahun, kecenderungan untuk meniru orang tua mulai menurun. Pada tahap usia ini anak sedang mencari jatidiri dan dalam rangka itu ia membuat jarak dan menjauhkan diri dari orangtua. Ia mendekatkan diri dengan teman sebaya dengan jalan banyak meniru penampilan, istilah-istilah, perbuatan dan gaya hidup teman sebaya.

Kecenderungan meniru teladan banyak berkurang pada usia dewasa. Tetapi itu bukan berarti bahwa orang dewasa tidak menyerap teladan. Misalnya, ada seorang karyawan baru yang bekerja dengan penuh disiplin dan dedikasi. Tetapi setelah beberapa Minggu ia melihat bahwa rekan-rekan dan atasannya hanya bermalas-malasan pada jam kerja. Besar kemungkinan karyawan baru ini pun mengikuti teladan itu.

Teladan memang mempunyai daya yang kuat baik bagi anak kecil maupun orang dewasa. Teladan memang mudah menular. Apapun yang kita perbuat bisa jadi diamati dan ditiru oleh orang lain. Kalau kita tahu begitu, kita akan berhati-hati supaya yang kita tularkan itu bukan teladan yang buruk.
Menurut Paulus kita ini adalah ibarat surat yang terbuka, yang dapat dibaca oleh setiap orang. Alangkah indahnya jika surat yang terbuka itu berisi tentang hal-hal yang baik, bukan yang buruk.

Agar kita dapat menjadi teladan, maka perlu memusatkan hati dan pikiran kita pada Tuhan Yesus. Di dalam kitab Injil, Yesus meninggalkan teladan sebuah gaya hidup yang luhur. Selama tiga puluh tiga setengah tahun Ia hidup bukan untuk kepentingan-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Yesus berkata, “Aku telah memberikan  suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:15). Peristiwa ini terjadi pada waktu Perjamuan malam terakhir. Ketika itu murid-murid memperdebatkan siapa di antara mereka yang terbesar. Tuhan Yesus memberikan kepada mereka jawaban melalui tindakan yang sederhana. Sang Tuan, karena menyadari siapa diri-Nya, dan karena kasih-Nya kepada manusia, rela menjadikan diri-Nya hamba mereka. Para pengikut-Nya pun harus melakukan yang sama.

 Apa saja teladan yang diberikan oleh Yesus kepada kita di masa kini?
- Teladan untuk melayani : Yesus membasuh kaki murid-murid.
- Teladan berkorban demi orang lain : Yesus mati di kayu salib demi keampunan dosa manusia.
- Teladan belas kasihan dan peduli terhadap orang lain : Yesus kerap kali menolong, menyembuhkan, menghibur dan menguatkan manusia pada zamannnya.
- Spiritualitas yang sehat : Bagaimana Ia berdoa setiap pagi, sekalipun sangat sibuk dalam pelayanan.
- Menyikapi penderitaan.  Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1 Pet. 2:21).
- Telada dalam berbelas kasihan.

Menarik bagi saya untuk membahas teladan Yesus dalam belas kasihan. Banyak orang yang mengikuti Yesus. Banyak orang yang sedang bergumul dengan kehidupannya, mungkin di antara orang banyak itu ada yang sakit, ada yang kekurangan kelaparan, ada yang pengangguran, ada yang bergumul menyekolahkan anak-anaknya, ada yang setres, dan banyak pergumulan lainnya. Orang-orang banyak itu pasti membutuhkan pertolongan dari Yesus. 

Semula Yesus ingin menyingkir untuk mengasingkan diri-Nya ke tempat yang sunyi, tetapi setelah melihat orang banyak itu, hati Yesus tergerak oleh belaskasihan.  Yesus mampu melihat kebutuhan utama mereka. Yesus tahu bahwa para pemimpin saat itu hanya memikirkan rutinitas ibadah saja tanpa memperhatikan “domba-domba” yang sakit, mati secara rohani, orang-orang terlantar secara rohani yang tidak sempat diperhatikan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Matius 14:13-21). 

Belaskasihan Yesus langsung dibuktikan dengan cara:
1. Yesus menyembuhkan yang sakit (14)
2. Yesus memberi mereka makan sampai kenyang (bahkan sampai ada sisanya). 
Tuhan Yesus langsung menjawab kebutuhan mereka. Yesus tidak menunda dan tidak mengatakan : lain kali saja ya, atau nanti saja, atau membiarkan mereka terlantar tanpa segera memberikan pertolongan. Pertolongan  yang diberikan Yesus digerakkan oleh belaskasihan-Nya. Kehadiran Yesus langsung menjawab kebutuhan orang banyak : yang menderita sakit disembuhkan, yang lapar menjadi kenyang, yang terlantar menjadi bergembala, yang kesepian bergembira, yang tidak pengharapan menjadi berpengharapan, yang stress sembuh, yang tak berdaya beroleh kekuatan, dan sebagainya.

Dan sesungguhnya, seluruh hidup Yesus “totalitas” adalah teladan bagi kita, mulai Ia lahir sampai mati. Banyak orang berkata, turutilah nasihatku, turutilah pengajaranku, turutilah pengarahanku, tetapi jarang orang berkata turutilah teladanku. Tentunya, teladan yang baik, dan di dalam Alkitab hanya dua yang mengatakan demikian yaitu Yesus dan Paulus.

Apapun dan bagaimanapun kita adalah teladan bagi orang-orang di sekitar kita. Apakah itu teladan yang baik atau buruk? Tetapi melalui perenungan firman Tuhan pada hari ini mengingatkan kita bahwa Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus menghendaki kita untuk menjadi teladan yang sebagaimana Yesus telah melakukannya.

Firman Tuhan ini saya sharingkan di Korea Selatan yang diterjemahkan oleh Pdt. Kim Woi Hyun, M.Th. pada tahun 2015, sebagai wujud memberikan teladan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Presbyterian Shema tentang bagaimana memberitakan firman Tuhan di hadapan warga jemaat. Pada waktu itu saya bersama Pimpinan STTP-SHEMA juga membawa beberapa mahasiswa untuk studi bandung mengenai strategi pertumbuhan gereja di Korea Selatan. Seingat saya ada 8 propinsi yang kami hadiri, yang di dalamnya ada gereja beraliran Presbyterian yang berkembang pesat. Ketika saya berada di Korea Selatan, saya melihat teladan mereka dalam doa, mengasihi, ibadah, pelayanan, misi, kedisiplinan, kebersihan, dll. Dari tahun 2010 akhir sampai bulan Februari 2019, saya bertugas di STTP-SHEMA sebagai dosen tetap. 

Sumber; Selamat Menabur, Tafsiran Alkitab Masa Kini, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, dll.
SOLI DEO GLORIA

Komentar

  1. Semoga memberikan perspektif yang benar dalam hidup. Bahwa disadari atau tidak kita adalah teladan bagi orang2 yang ada di sekitar kita. Jikalau tahu kalau hidup kita berdampak bagi orang sekitar, maka kita akan hidup berhati2 agar mendemonstrasikan dampak yang positif. Menjadi berkat bagi orang lain.

    BalasHapus
  2. Jika merasa diberkati lewat blog ini, maka saya berharap supaya mengikuti blog ini. Jadi, jika ada postingan terbaru akan langsung ada pemberitahuan di akun Bapak / Ibu / Saudara / Saudari.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)