Teladan Epafras sebagai Hamba Tuhan-Memaknai Keteladanan Epafras dalam Pelayanan di Masa Kini

MENELADANI EPAFRAS SEBAGAI PELAYAN KRISTUS YANG BERKUALITAS
KOLOSE 1:7; KOLOSE 4:12; DAN FILEMON 1:23
Alon Mandimpu Nainggolan
Hampir semua pelayan Tuhan mau dan berharap menjadi pelayan Tuhan yang berkualitas. Namun, ada kalanya mereka mengalami kebingungan karena ketidaktahuan tentang bagaimana cara menjadi pelayan Tuhan yang berkualitas dan apa indikator pelayan Tuhan yang berkualitas. Salah satu cara yang ditempuh oleh pelayan Tuhan adalah dengan mencari dan menemukan seorang figur. Apakah figur ini seseorang yang berpengaruh di masa lalu atau seseorang yang berpengaruh di masa kini. Figur ini diharapkan menjadi pola, model, patokan dalam dimensi pengetahuan, karakter, pengelolaan emosi, kemampuan bersosialisasi, keterampilan dan spiritualitas. 
Pada saat ini saya akan membagikan firman Tuhan dari Kolose 1:7; 4:12 dan Filemon 1:23 yang menjelaskan tentang seorang hamba Tuhan yang namanya jarang diingat atau disebutkan, namun memiliki kontribusi/pengaruh yang besar bagi pelayanan. Bisa dikatakan ia adalah seorang "aktor di belakang layar". Siapakah Dia? Dia adalah Epafras.
Epafras adalah seseorang yang berasal dari Kolose / non Yahudi. Ia mengenal Tuhan Yesus Kristus melalui pemberitaan Injil Paulus di Efesus, ketika Paulus berada di Efesus sekitar 2 tahun 3 bulan. Selanjutnya, Ia menjadi seorang murid Paulus, yang diutus dan dipercayakan untuk memberitakan Injil di kota Kolose. Pada akhirnya menjadi rekan sepelayanan Paulus.
Dalam Kolose 1:7, Kol. 4:12, dan Filemon 1:23, ada beberapa kualitas yang terpatri dalam diri Epafras, yaitu: 
1) Seseorang yang sangat dikasihi (Agapetou) oleh rekan sepelayanannya, khususnya mentornya. Artinya, ia adalah seorang yang bisa bekerja sama dalam sebuah tim. Ia bisa menjadi pimpinan dan bawahan yang baik. Ini adalah pengakuan dari Paulus.
2) Seseorang yang setia (pistos-seseorang yang bisa dipercaya). Komitmennya dalam pelayanan tidak pernah berubah walaupun banyak hambatan / tekanan. Berdasarkan pengakuan Paulus ia telah menjadi model yang diteladani oleh jemaat. Ini adalah sebuah penghargaan tentang apa yang didemontrasikan? Amsal 20:6 “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya”? Kesetiaannya kepada rekan sepelayanan / mentor, nampak ketika dia menghadapi persoalan dalam mewujudkan kematangan rohani jemaat Kolose, beliau meminta arahan dari Paulus. Barangkali ini menjadi pelajaran buat kita dalam hubungan dengan mentor. Beberapa orang setelah mengecap keberhasilan dia akan melupakan orang-orang yang membuatnya berhasil. Tak jarang alumni membenci atau sakit hati dengan almamaternya. Jadi, dalam konteks pendidikan teologi kesetiaan itu nanti akan teruji terhadap almamater, ketika lulus, kemudian sukses dalam pekerjaan / pelayanan, namun tetap berkomunikasi dan berkontribusi positif bagi almamaternya. Kesetiaannya kepada Tuhan tak diragukan lagi, dimana ketika dia diperhadapkan untuk berhenti dalam memberitakan Injil atau menyatakan kebenaran. Dia tetap memilih untuk memberitakan injil sekalipun ia harus bayar harga, dipenjara. 
3) Ia mempunyai kepribadian sangat rendah hati. Kerendahan hati Epafras nampak ketika dia mengalami kesulitan dalam merawat jemaat Kolose, dia meminta tolong /meminta nasihat  / berkonsultasi kepada Paulus. Ia merasa perlu untuk menerima nasihat dari seseorang yang lebih berpengalaman. Padahal kalau kita pikir-pikir buat apa dia berkonsultasi lagi kepada Paulus? Bukankah dia seorang penginjil hebat? Bukankah jemaat yang dia dirikan yaitu Kolose, Hierapolis dan Laodikia juga tergolong jemaat yang baik? Melalui laporan Epafras, maka kebutuhan warga jemaat di kolose dapat diatasi (masalah pertapaan, filsafat kafir, spiritisme, takhayul, dll).
4) Ia seorang yang rela berkorban bagi kemajuan Injil. Kerelaannya dalam berkorban nampak ketika dia menjumpai Paulus di Penjara (menempuh perjalanan jauh ke Roma), dan rela dipenjara demi kemajuan Injil (Flm 1:23).
5) Hamba Tuhan yang memiliki kepedulian atas kerohanian yang dilayaninya. Dalam Kolose 4:12 dikatakan bahwa Ia selalu bergumul dalam doanya. "Bergumul" (Yun. agonizo) menunjukkan keinginan yang kuat, berjuang atau berusaha keras 
dalam doa. Donald Guthrie, memandang bahwa bergumul mungkin merupakan acuan kepada doa Yesus di taman Getsemani. Hal ini dipertegas lewat surat Paulus bahwa Epafras tidak saja sekedar berdoa, tetapi dikatakan bergumul dalam doa-doanya untuk kebaikan jemaat. Yang menarik adalah, dikatakan tidak hanya sekali-kali bergumul, tetapi dikatakan "selalu bergumul", “senantiasa bergumul” dan itu ia lakukan untuk jemaat Kolose supaya mereka bisa berdiri teguh seperti orang-orang yang dewasa yang punya keyakinan penuh akan segala yang dikehendaki Allah.  Kalau kita melihat orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh, menangis, dan berteriak-teriak untuk kebutuhan dirinya dan keluarganya itu sudah biasa. Namun, jika ada orang yang menangis, berdoa sungguh-sungguh, bergulat untuk memohon keselamatan orang lain, bagi gereja, dan bagi bangsa ;itu baru luar biasa. Mentalitas hamba Tuhan ada di sana. Jika kita lihat bagaimana  Ester, Nehemia, Daniel, Paulus berdoa bagi orang-orang yang dipimpinnya dan dilayaninya akan menginspirasi dan memotivasi kita untuk melakukan hal ini. Timbul pertanyaan, seberapa penting dan mendesakkah kita mendoakan sesama kita, khususnya kerohaniannya? Seberapa berdampakkah doa-doa kita bagi orang lain? Dalam penutup suratnya yang ia kirimkan kepada orang-orang Kristen di Kolose, Paulus mengatakan, "Epafras, yang berasal dari antara kamu, seorang budak Kristus Yesus, mengirimkan salamnya kepadamu, selalu mengerahkan dirinya demi kepentinganmu dalam doa-doanya, agar kamu akhirnya dapat berdiri dengan lengkap dan disertai keyakinan yang teguh dalam seluruh kehendak Allah. Aku sesungguhnya memberi kesaksian tentang dia bahwa dia mengerahkan upaya yang besar demi kepentinganmu dan mereka yang di Laodikia dan mereka yang di Hierapolis" (Kol. 4:12, 13).
Kualitas hidup Epafras sebagai hamba Tuhan patutlah menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita dalam mengemban dan menunaikan pelayanan. Satu panggilan mulia, jika kita juga terbeban, tergerak untuk memikirkan, mendoakan dan mengusahakan pertumbuhan dan kedewasaan orang lain secara rohani.

Komentar

  1. Semoga renungan ini memberi inspirasi dalam mengemban dan menunaikan tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan.

    BalasHapus
  2. Jika merasa diberkati lewat blog ini, maka saya berharap supaya mengikuti blog ini. Jadi, jika ada postingan terbaru akan langsung ada pemberitahuan di akun Bapak / Ibu / Saudara / Saudari.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluaran 17:8-16 Mengalami Kemenangan

Perjumpaan yang Membawa Perubahan Hidup (Luk. 19:1-10)

Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas